TUGAS INDIVIDU
MATA KULIAH MEDIA PEMBELAJARAN
( MERANCANG
MEDIA PEMBELAJARAN )
DOSEN PENGASUH :
Dr. INDRATI KUSUMANINGRUM, MPd
OLEH
NAMA : ETRI WERMI
NIM : 1109841
NIM : 1109841
KELAS/SEMESTER : TPA / II
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI
PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG
KERJA SAMA
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU 2012
BAB
I
A.Teori Pembelajaran
Dalam mengaktifkan pembelajar di
dalam proses pembelajaran alangkah baiknya kalau ada sentuhan psikologisnya. Berikut adalah
gambaran dari adanya sentuhan psikologis dalam proses pembelajaran :
Teori Behavioristik
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka responpun akan semakin kuat. Tanggapan/respon yang sesuai dari pengajar dapat menguatkan stimulus yang ditampakkan pembelajar.
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka responpun akan semakin kuat. Tanggapan/respon yang sesuai dari pengajar dapat menguatkan stimulus yang ditampakkan pembelajar.
Teori Kognitif
Aspek aspek perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu tahap (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
• Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
• Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
• Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
• Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
• Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Aspek aspek perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu tahap (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
• Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
• Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
• Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
• Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
• Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Teori
Kontruktivisme
Teori ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai.
Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka
harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya,
berusaha dengan susah payah dengan ide-ide
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya
Teori Sosial, karena feedback atau tanggapan yang diberikan pengajar atau teman
dalam proses pembelajaran dapat dijadikan sebagai ajang untuk mengoreksi segala
informasi yang telah diterima dan juga sebagai support secara emosional
B.Teori Media Pembelajaran
Rahardjo (1988)
mengutip beberapa pengertian media yang disampaikan oleh beberapa ahli, yaitu
sebagai berikut :
1.
Information carrying technologies that can be used
for instruction…the media of instruction, consequently are extensions of the
teacher ( Wilbur Schramm, 1977).
2.
Printed and audiovisual forms of communication and
their accompanying technology ((NEA, 1969).
3. The physical means of
conveying instructional content…books, films, videotapes, slide-tapes, etc (Leslie
J. Briggs, 1977)
Dari ketiga
pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Media merupakan wadah dari
pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau
penerima pesan tersebut.
2. Materi yang ingin
disampaikan adalah pesan pembelajaran, dan bahwa tujuan yang ingin dicapai
adalah terjadinya proses belajar mengajar.
Pada
mulanya media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk
mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Pada pertengahan abad 20
usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio. Sehingga
lahirlah alat bantu audio visual. Sejalan dengan perkembangan IPTEK, khususnya
dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran
menjadi semakin luas dan interaktif seperti adanya computer dan internet.
Fungsi media dalam konteks
komunikasi sangat luas, yakni sebagai berikut :
1. Fungsi edukatif, memberikan
pengaruh yang bernilai pendidikan, mendidik siswa dan masyarakat untuk berpikir kritis, memberi
pengalaman yang bermakna, serta mengembangkan dan memperluas cakrawala
berpikir.
2. Fungsi sosial, memberikan
informasi autentik dalam berbagai bidang kehidupan dan konsep yang sama pada
setiap orang sehingga dapat mempeluas pergaulan,pengenalan,pemahaman tentang
orang adat istiadat dan cara bergaul
3. Fungsi ekonomis, dengan
menggunakan media pendidikan pencapaian tujuan dapat dilakukan dengan efesien,
penyampaian materi dapat menekan sedikit mungkin penggunaan biaya,tenaga, serta
waktu tanpa mengurangi efektivitas dalam pencapaian tujuan
4.Fungsi budaya, memberikan
perubahan-perubahan dalam segi kehidupan manusia, dapat mewariskan dan
meneruskan unsur-unsur budaya dan seni yang ada di masyarakat.
Fungsi
media pembelajaran adalah
1. Mengatasi
keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap
peserta didik berbeda-beda. Tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak
seperti ketersediaan buku, kesempatan berkunjung dan sebagainya. Sehingga media
dapat mengatasi perbedaan tersebut
2. Media
pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin
dialami langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu objek
yang disebabkan karena:
·
Objek terlalu besar
·
Objek yang bergerak terlalu lambat atau
terlalu cepat
·
Objek terlalu kompleks
·
Objek yang bunyinya terlalu halus
·
Objek mengandung bahaya atau resiko yang
tinggi
3. Media
pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan
lingkungannya.
Jenis-jenis
media
1. Media
Visual
Contoh: Grafik, diagram, chart, bagan,
poster, kartun, komik
2. Media
Audio
Contoh: Radio , tape recorder,
laboratorium bahasa dan sejenisnya
3. Projected
Still Media:
Contoh: Slide, OHP, LCD dan
sejenisnya.
4. Projected
motion media :
Contoh: Film, televisi, video (VCD,
DVD,VTR) computer dan sejenisnya.
BAB
II
ANALISIS
SITUASI
Sekolah
Menengah Atas Negeri 10 Pekanbaru adalah sebuah sekolah terletak di jalan Bukit
Barisan Kelurahan Tangkerang Timur Kecamatan Tenayan Raya kota Pekanbaru yang
jaraknya lebih kurang 10 Km dari pusat kota.
Adapun batas wilayah sekolah yaitu ; Sebelah Timur,Selatan dan Barat
sekolah berbatas dengan rumah penduduk, sedangkan sebelah Utara berbatas dengan
jalan raya Bukit Barisan. Luas pekarangan
lebih kurang 0,5 hektar.Sesuai dengan lingkungan sekolah yang berbeda maka,
mata pencarian pendudukjuga berbeda. Lingkungan di sekolah kami aman dan nyaman untuk semua
peserta didik dan memberi kemudahan kepada peserta didik yang berkebutuhan
khusus. Jalan menuju
sekolah kami mudah diakses karena mudah dijangkau dengan transportasi umum
Siswa
Kelas XI IPA 4 berjumlah 38 orang yang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 20
orang perempuan mempunyai latar belakang sosial yang berbeda.
A. Analisis
Siswa (Analyze Learners)
Menganalisa pembelajar adalah salah satu faktor yang wajib hukumnya untuk
dilakukan sebelum kita melaksanakan sebuah pembelajaran. Ada 3 hal
yang semestinya diperhatikan dalam menganalisa siswa:
1.
Analisa Kemampuan Umum (Karakteristik Umum)
Yang
termasuk dalam karakteristik umum adalah usia, tingkat pendidikan, pekerjaan,
kebudayaan, dan faktor sosial ekonomi. Karakteristik umum ini dapat digunakan
untuk menuntun kita dalam memilih metode dan media untuk pembelajaran.
Sebagai contoh, apabila pembelajar…
a)
Memiliki kemampuan membaca di bawah standar, maka akan
lebih efektif jika media yang digunakan adalah bukan dalam format tercetak (nonprint media)
b)
Kurang tertarik
terhadap materi yang disajikan, diatasi dengan menggunakan media yang memiliki tingkat
stimuli yang tinggi, seperti : penggunaan rekaman, gambar, video tape,
permainan simulasi, dll.
c)
Baru pertama kali melihat atau mendapat konsep yang
disampaikan, lebih baik menggunakan cara atau pengalaman langsung (realthing).
Bila sebaliknya, menggunakan verbal atau visual saja sudah dianggap cukup.
d)
Heterogen, lebih aman bila menggunakan media yang
dapat mengakomodir semua karakteristik pembelajar seperti menggunakan rekaman cerita dan naskah cerita.
2. Spesifikasi
Kemampuan Awal
Berhubungan dengan
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki pembelajar sebelumnya. Informasi ini
dapat kita temukan bila kita memberikan entry test/entry behavior kepada
pembelajar sebelum kita melaksanakan pembelajaran. Hasil dari entry test
ini dapat dijadikan acuan tentang hal-hal apa saja yang perlu dan tidak perlu
lagi disampaikan kepada pembelajar.
3. Gaya Belajar
Gaya belajar berasal atau timbul
dari adanya kenyamanan yang kita rasakan (secara psikologis dan
emosional) saat kita menerima dan berinteraksi dengan lingkungan belajar,
karena itu muncul modalitas dalam belajar (audio, visual, dan kinestetik).
B. Menetapkan Standar dan
Tujuan (State Standards and Objectives)
Perumusan tujuan ini berkaitan dengan apa yang ingin dicapai. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam perumusannya adalah :
1. Tetapkan
ABCD
A (audiens
– instruksi yang kita ajukan harus fokus kepada apa yang harus dilakukan
pembelajar bukan pada apa yang harus dilakukan pengajar), B (behavior –
kata kerja yang mendeskripsikan kemampuan baru yang harus dimiliki pembelajar
setelah melalui proses pembelajaran dan harus dapat diukur), C (conditions
– kondisi pada saat performans sedang diukur), D (degree – kriteria yang
menjadi dasar pengukuran tingkat keberhasilan pembelajar).
2. Mengklasifikasikan
Tujuan
Maksud dari mengklasifikasikan tujuan disini adalah untuk menentukan
pembelajaran yang akan kita laksanakan lebih cenderung ke domain mana ?
kognitif, afektif, psikomotor, atau interpersonal.
3.Perbedaan
Individu
Berkaitan dengan kemampuan individu dalam menuntaskan atau memahami sebuah
materi yang diberikan. Individu yang tidak memiliki kesulitan belajar dengan
yang memiliki kesulitan belajar pasti memiliki waktu ketuntasan terhadap materi
yang berbeda. Untuk mengatasi hal tersebut, maka timbullah mastery learning
(kecepatan dalam menuntaskan materi tergantung dengan kemampuan yang dimiliki
tiap individu)
C.kriteria
dalam Pemilihan Media :
Bila
karena satu dan lain hal media tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya
sebagai penyalur pesan yang diharapkan, maka ia tidak efektif dalam arti tidak
mampu mengkomunikasikan isi pesan yang ingin disampaikan oleh sumber kepada
sasaran yang ingin dicapainya. Oleh sebab itu, dalam mendesain pesan untuk
suatu media, harus diperhatikan ciri-ciri atau karakteristik dari
sasaran/penerima pesan (umur, latar belakang sosial budaya, pendidikan, keadaan
jasmani, dan lain sebagainya) dan kondisi belajar, yaitu faktor-faktor yang
dapat merangsang atau mempengaruhi timbulnya kegiatan belajar mengajar.Maka
dalam pemilihan media perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1. Harus
disesuikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang inginicapai. Di
bawah ini contoh penggunaan media yang cocok untuk pencapaian tujuan atau
kompetensi tertentu, misal
a. Media
audio cocok digunakan untuk mencapai tujuan yang bersifat menghafal kata-kata.
b. Media
cetak cocok untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang bersifat memahami isi
bacaan .
c. Media
film dan Video biasa digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang bersifat
motorik (gerak dan aktivitas).
2. Biaya
atau keadaan keuangan sekolah
3. Ketepatgunaan
4. Keadaan
peserta didik atau tingkat kemampuan kognitif siswa
5. Kemampuan
guru untuk menggunkan atau mengoperasikan media yang akan digunakan. (mutu
teknis)
A. Analisis Kebutuhan Siswa.
Siswa kelas XI IPA 4 Sekolah Menengah Atas Negeri10
Pekenbaru berjumlah 38 orang terdiri dari 18 oarang siswa laki-laki dan 20
orang siswa perempuan. Ditinjau dari prestasi akademik siswa kelas XI IPA 4 ini memiliki kemampuan
rata-rata hal ini dapat dilihat hasil
ulangan harian atau ulangan block siswa memperoleh nilai yang hampir sama.Ditinjau
dari gaya belajar siswa kelas XI IPA 4 Sekolah Menengah Atas Negeri10 Pekenbaru
berjumlah 15 orang memiliki gaya belajar visual , auditorial sebanyak 13 orang
sedangkan kinesteti sebanyak 10 orang. Sedangkan pengetahuan siswa tentang yang
akan diajarkan, siswa sudah memiliki dasar tentang apa yang yang akan dipelajari
karena materi ajar kelas XI merupakan pengembangan dari materi kelas X
B.
Tujuan yang Akan
di Capai:
1.
Siswa
dapat menjelaskan pegertian cerpen
2.
Siswa
dapat menjelaskan pengertian alur,
penokohan, dan latar Siswa dapat mengidentifikasi alur, penokohan, dan latar
pada sebuah cerpen.
3.
Siswa
dapat menghubungkan nilai yang terdapat pada cerpen dengan nilai kehidupan.
C. Media / Teknologi, dan metode yang
dipilih
1. Media
yang dipilih adalah:
-
Media visual yaitu naskah cerpen
-
Media audio Kaset atau cd
-
Prjected stiil media, yaitu radio , tape
recorder, computer
BAB III
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMA Negeri 10 Pekanbaru
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XI/2
Standar Kompetensi : Mendengarkan
13. Memahami pembacaan cerpen
Kompetensi
dasar : 13.1Mengidentifikasi alur,
penokohan, dan latar dalam cerpen yang dibacakan
Indikator :
1.
Dapat
menjelaskan pegertian cerpen
2.
Dapat
menjelaskan pegertian alur, penokohan, dan latar
3.
Dapat
mengidentifikasi alur, penokohan, dan latar pada sebuah cerpen
Alokasi waktu : 2 X 45
Tujuan pembelajaran :
4.
Siswa
dapat menjelaskan pegertian cerpen ( rasa ingin tahu, kerja keras, kritis)
5.
Siswa
dapat menjelaskan pengertian pegertian alur, penokohan, dan latar (kerja keras,
kritis,kreatif )
6.
Siswa
dapat mengidentifikasi alur, penokohan, dan latar pada sebuah cerpen (kerja
keras , kritis, kreatif )
Materi
pokok :
Pegertian cerpen
Pegertian alur, penokohan, dan
latar
CERPEN
Cerita
pendek atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan short story, merupakan satu
karya sastra yang sering kita jumpai di berbagai media massa. Namun demikian
apa sebenarnya dan bagaimana ciri-ciri cerita pendek itu, banyak yang masih
memahaminya.
Cerita pendek
apabila diuraikan menurut kata yang membentuknya berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah sebagai berikut : cerita artinya tuturan yang membentang
bagaimana terjadinya suatu hal, sedangkan pendek berarti kisah pendek (kurang
dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan
diri pada satu tokoh dalam situasi atau suatu ketika ( 1988 : 165 ).
Menurut
Susanto dalam Tarigan (1984 : 176), cerita pendek adalah cerita yang panjangnya
sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat
dan lengkap pada dirinya sendiri.
Sementara
itu, Sumardjo dan Saini (1997 : 37) mengatakan bahwa cerita pendek adalah
cerita atau parasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar
terjadi tetapi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, serta relatif pendek).
Dari beberapa pendapat di atas penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan
cerita pendek adalah karangan nasihat yang bersifat fiktif yang menceritakan
suatu peristiwa dalam kehidupan pelakunya relatif singkat tetapi padat.
Ciri-ciri
Cerita Pendek
Di atas penulis kemukakan bahwa
masih banyak orang belum mengetahui ciri-ciri sebuah cerita pendek. Mengenai
hal tersebut, di bawah ini penulis kemukakan ciri-ciri cerita pendek menurut
pendapat Sumarjo dan Saini(1997:36) sebagai berikut.
Ceritanya pendek ;
Ceritanya pendek ;
- Bersifat rekaan (fiction) ;
- Bersifat naratif ; dan
- Memiliki kesan tunggal.
Pendapat
lain mengenai ciri-ciri cerita pendek di kemukakan pula oleh Lubis dalam
Tarigan (1985 : 177) sebagai berikut.
- Cerita Pendek harus mengandung
interprestasi pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
- Dalam sebuah cerita pendek
sebuah insiden yang terutama menguasai jalan cerita.
- Cerita pendek harus mempunyai
seorang yang menjadi pelaku atau tokoh utama.
- Cerita pendek harus satu efek
atau kesan yang menarik.
Menurut
Morris dalam Tarigan (1985 : 177), ciri-ciri cerita pendek adalah sebagai
berikut.
- Ciri-ciri utama cerita pendek
adalah singkat, padu, dan intensif (brevity, unity, and intensity).
- Unsur-unsur cerita pendek
adalah adegan, toko, dan gerak (scena, character, and action).
·
Bahasa cerita pendek harus tajam,
sugestif, dan menarik perhatian (incicive, suggestive, and alert).
Menjelaskan
Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen
Sebagaimana novel, cerpen juga dibentuk atas unsure ekstrinsik dan intrinsik.
Sebagaimana novel, cerpen juga dibentuk atas unsure ekstrinsik dan intrinsik.
Unsur – unsur intrinsik cerpen
mencakup : tema, alur, latar, perwatakan, sudut pandang, dan nilai nilai yang
terkandung didalamnya:
·
Tema adalah ide pokok sebuah cerita,
yang diyakini dan dijadikan sumber cerita.
·
Latar (setting) adalah tempat, waktu ,
suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya, kapan
terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita berlangsung.
Alur / plot adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita.
Alur meliputi beberapa tahap:
Pengantar : bagian cerita berupa lukisan , waktu, tempat atau kejadian yang merupakan awal cerita. Penampilan masalah : bagian yang menceritakan maslah yang dihadapi pelaku cerita Puncak ketegangan / klimaks : masalah dalam cerita sudah sangat gawat, konflik telah memuncak. Ketegangan menurun / antiklimaks : masalah telah berangsur – angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang. Penyelesaian / resolusi : masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan.
Perwatakan :
Menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tiga segi yaitu melalui:
- Dialog tokoh
- Penjelasan tokoh
- Penggambaran fisik tokoh
e. Nilai (amanat) : pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang emalalui cerita
Alur / plot adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita.
Alur meliputi beberapa tahap:
Pengantar : bagian cerita berupa lukisan , waktu, tempat atau kejadian yang merupakan awal cerita. Penampilan masalah : bagian yang menceritakan maslah yang dihadapi pelaku cerita Puncak ketegangan / klimaks : masalah dalam cerita sudah sangat gawat, konflik telah memuncak. Ketegangan menurun / antiklimaks : masalah telah berangsur – angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang. Penyelesaian / resolusi : masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan.
Perwatakan :
Menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tiga segi yaitu melalui:
- Dialog tokoh
- Penjelasan tokoh
- Penggambaran fisik tokoh
e. Nilai (amanat) : pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang emalalui cerita
CONTOH CERPEN
Sahabat
Sejati (Oleh Suhartono)
Betapa
enak menjadi orang kaya. Semua serba ada. Segala keinginan terpenuhi. Karena
semua tersedia. Seperti Iwan. Ia anak konglomerat. Berangkat dan pulang sekolah
selalu diantar mobil mewah dengan supir pribadi. Meskipun demikian ia tidaklah
sombong. Juga sikap orang tuanya. Mereka sangat ramah. Mereka tidak pilih-pilih
dalam soal bergaul. Seperti pada kawan kawan Iwan yang datang ke rumahnya.
Mereka menyambut seolah keluarga. Sehingga kawan-kawan banyak yang betah kalau
main di rumah Iwan. Iwan sebenarnya mempunyai sahabat setia. Namanya Momon.
Rumahnya masih satu kelurahan dengan rumah Iwan. Hanya beda RT. Namun, sudah
hampir dua minggu Momon tidak main ke rumah Iwan. “Ke mana, ya,Ma, Momon. Lama
tidak muncul. Biasanya tiap hari ia tidak pernah absen. Selalu datang.”“Mungkin
sakit!” jawab Mama.“Ih, iya, siapa tahu, ya, Ma? Kalau begitu nanti sore aku
ingin menengoknya!” katanya bersemangat
Sudah tiga
kali pintu rumah Momon diketuk Iwan. Tapi lama tak ada yang membuka. Kemudian
Iwan menanyakan ke tetangga sebelah rumah Momon. Ia mendapat keterangan bahwa
momon sudah dua minggu ikut orang tuanya pulang ke desa. Menurut kabar, bapak
Momon di-PHK dari pekerjaannya. Rencananya mereka akan menjadi petani saja.
Meskipun akhirnya mengorbankan kepentingan Momon. Terpaksa Momon tidak bisa
melanjutkan sekolah lagi.
“Oh,
kasihan Momon,” ucapnya dalam hati,
Di rumah
Iwan tampak melamun. Ia memikirkan nasib sahabatnya itu. Setiap pulang sekolah
ia selalu murung. “Ada apa, Wan? Kamu
seperti tampak lesu. Tidak seperti biasa. Kalau pulang sekolah selalu tegar dan
ceria!” Papa menegur
“Momon,
Pa.”
“Memangnya
kenapa dengan sahabatmu itu. Sakitkah ia?”
Iwan
menggeleng.
“Lantas!”
Papa penasaran ingin tahu.
“Momon
sekarang sudah pindah rumah. Kata tetangganya ia ikut orang tuanya pulang ke
desa. Kabarnya bapaknya di-PHK. Mereka katanya ingin menjadi petani saja”. Papa
menatap wajah Iwan tampak tertegun seperti kurang percaya dengan omongan Iwan.
“Kalau
Papa tidak percaya, Tanya, deh, ke Pak RT atau ke tetangga sebelah!” ujarnya.
“Lalu apa
rencana kamu?”
“Aku harap
Papa bisa menolong Momon!”
“Maksudmu?”
“Saya
ingin Momon bisa berkumpul kembali dengan aku!” Iwan memohon dengan agak
mendesak.
“Baiklah
kalau begitu. Tapi, kamu harus mencari alamat Momon di desa itu!” kata Papa.
Dua hari
kemudian Iwan baru berhasil memperoleh alamat rumah Momon di desa. Ia merasa
senang. Ini karena berkat pertolongan pemilik rumah yang pernah dikontrak
keluarga Momon.Kemudian Iwan bersama Papa datang ke rumah Momon di wilayah
Kadipaten. Namun lokasi rumahnya masih masuk ke dalam. Bisa di tempuh dengan
jalan kaki dua kilometer. Kedatangan kami disambut orang tua Momon dan Momon
sendiri. Betapa gembira hati Momon ketika bertemu dengan Iwan. Mereka
berpelukan cukup lama untuk melepas rasa rindu.Semula Momon agak kaget dengan
kedatangan Iwan secara mendadak. Soalnya ia tidak memberi tahu lebih dulu kalau
Iwan inginberkunjung ke rumah Momon di desa.
“Sorry,
ya, Wan. Aku tak sempat memberi tahu kamu!”
“Ah, tidak
apa-apa. Yang penting aku merasa gembira. Karena kita bisa berjumpa kembali!”
Setelah
omong-omong cukup lama, Papa menjelaskan tujuan kedatangannya kepada orang tua
Momon. Ternyata orang tua Momon tidak keberatan, dan menyerahkan segala
keputusan kepada Momon sendiri.“Begini, Mon, kedatangan kami kemari, ingin
mengajak kamu agar mau ikut kami ke Bandung. Kami menganggap kamu itu sudah
seperti keluarga kami sendiri. Gimana Mon, apakah kamu mau?” Tanya Papa. “Soal
sekolah kamu,” lanjut Papa, “kamu tak usah khawatir. Segala biaya pendidikan
kamu saya yang akan menanggung.”“Baiklah kalau memang Bapak dan Iwan
menghendaki demikian, saya bersedia. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas
kebaikan Bapak yang mau membantu saya.”
Kemudian
Iwan bangkit dari tempat duduk lalu mendekat memeluk Momon. Tampak mata Iwan
berkaca-kaca. Karena merasa bahagia.Akhirnya mereka dapat berkumpul kembali.
Ternyata mereka adalah sahabat sejati yang tak terpisahkan.
Kini Momon
tinggal di rumah Iwan. Sementara orang tuanya tetap di desa. Selain mengerjakan
sawah, mereka juga merawat nenek Momon yang sudah tua
Metode Pembelajaran : Diskusi
Tanya jawab
Ceramah
Langkah-langkah
kegiatan pembelajaran
1. Kegiatan awal :
1. Doa(religius)
2. Ucapan salam(religius)
3. Absensi (disiplin)
2.
Kegiatan inti
:
1. Guru
menjelaskan pegertian cerpen ( kerja keras, rasa ingin
tahu, kritis)
2. Guru menjelaskan
pengertian
alur, penokohan, dan latar ( kerja
keras, rasa ingin tahu, kritis)
3. Guru
menjelaskan cara mengidentifikasi alur, penokohan, dan latar (kerja
keras, rasa ingin tahu, kritis)
4. Siswa diberikan contoh cerpen untuk dibaca dan diberi
tugas untuk mengidetifikasi alur, penokohan, dan latarnya (kerja keras, kritis,
jujur disiplin)
3. Kegiatan penutup :
1. Menyimpulkan (kerja keras, kreatif, kritis)
2.
Menutup pelajaran(bersahabat/komunikatif, menghargai prestasi)
Sumber/bahan ajar :
Buku
bahasa indonesia penerbit Yudistira
Lks, Rekaman cerpen atau teks cerpen
Penilaian
: Tes tertulis
1. Jelaskanlah
pegertian cerpen!
2. Jelaskanlah
pegertian alur, penokohan, dan latar!
3. Identifikasilah
alur,penokohan dan latar pada contoh cerpen yang diperdengarkan/dibaca
4. Penilaian
Aspek
kognitif
No
|
Aspek yang
dinilai
|
Rentang
nilai
|
Nilai
|
1
2
|
Siswa dapat
menjelaskan pegertian cerpen
Siswa dapat
menjelaskan pengertian pegertian alur, penokohan, dan latar
|
0-30
0-30
|
|
3
|
Jumlah
|
Aspek
afektif
No
|
Aspek yang
dinilai
|
Rentang
nilai
|
Nilai
|
1
|
Siswa dapat
mengidentifikasi alur, penokohan, dan latar pada sebuah cerpen
|
0-40
|
|
Jumlah
|
Mengetahui
Kepala
SMA Guru
Mata Pelajaran
Azmi Has, S.Pd. Etri
Wermi,
S.Pd.
NIP. 195808101982031009 NIP.196407181989032004
BAB
IV
PENUTUP
Dalam
pemilihan media guru juga harus mengenali terlebih dahulu gaya belajar siswa
karena masing – masing siswa mempunyai gaya belajar.Siswa yang mempunyai gaya
belajar visual (cendrung belajar melalui apa yang dia lihat) akan mudah memahami
pembelajaran bila guru menggunakan media audio, Siswa yang memilki gaya belajar
auditorial ( belajar melalui apa yang didengar) akan mudah di pahami dengan
cara mendengar maka guru harus menggunakan media yang banyak melibatkan
pendengaran siswa, begitu juga dengan siswa yang memiliki gaya belajar
kinestetik ( belajar melalui gerak dan sentuhan) akan senang belajar bila diiringi
dengan musik atau lagu-lagu. Untuk itu guru diharapkan untuk selalu mengenali
gaya belajar siswanya agar penggunaan media tepat guna dan memotivasi siswa
dalam belajar, sehingga siswa dapat meraih prestasi belajar yang maksimal.